Bismillah
Lamiyah Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rohimahullah VI
Tawassul
وَمَوَدَّةُ الْقُرْبَى بِهَا أَتَوَسَّلُ
“dan saya bertawassul dengan kecintaan pada kerabat Nabi.”
Al-Wasilah (اَلْوَسِيْلَةُ) secara bahasa (etimologi) berarti segala hal yang dapat menyampaikan serta dapat mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah wasaa-il (وَسَائِلٌ).[ an-Nihaayah fii Ghariibil Hadiits wal Atsar (V/185)]
Selain itu wasilah juga mempunyai makna yang lainnya, yaitu kedudukan di sisi raja, derajat dan kedekatan [Tawassul Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu (hal. 10), oleh Syaikh al-Albani]
Secara istilah Wasilah adalah segala hal yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu berupa amal ketaatan yang disyari’atkan
Sebagaimana dikatakan oleh Al-Fairuz Abadi “Yaitu ia mengamalkan suatu amalan yang dengannya ia dapat mendekatkan diri kepada Allah, sebagai perantara.”[Qaamuusul Muhiith III/634],
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” [Al-Maa-idah/5: 35]
قال سفيان الثوري حدثنا أبي ، عن طلحة عن عطاء عن ابن عباس : أي القربة . وكذا قال مجاهد [ وعطاء ] وأبو وائل والحسن وقتادة وعبد الله بن كثير والسدي وابن زيد .
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu berkata: “Makna wasilah dalam ayat tersebut adalah peribadahan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah (al-Qurbah).” Demikian pula yang diriwayatkan dari Mujahid, Abu Wa’il, al-Hasan, ‘Abdullah bin Katsir, as-Suddi, Ibnu Zaid dan yang lainnya.
وقال قتادة : أي تقربوا إليه بطاعته والعمل بما يرضيه . وقرأ ابن زيد : ( أولئك الذين يدعون يبتغون إلى ربهم الوسيلة ) [ الإسراء : 57 ] وهذا الذي قاله هؤلاء الأئمة لا خلاف بين المفسرين فيه
Qatadah berkata tentang makna ayat tersebut:“Mendekatlah kepada Allah dengan mentaati-Nya dan mengerjakan amalan yang diridhai-Nya.”
Sehubungan dengan makna al-wasilah ini, Ibnu Zaid membacakan firman berikut dengan bacaan: “Mereka, yaitu orang-orang yang kalian seru itu sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka”. [Al Isra: 57], dan inilah yang dikatakan oleh para Imam ahli tafsir, tidak perselesihan diantara mereka dalam hal ini. [diringkas dari ringkasan Tafsiir Ibni Katsiir].
Berkata Syaikh Al-Jibrin rohimahullah: “penulis menyebutkan bahwasnya beliau menjadikan kecintaan kepada para sahabat -rodhiyallahu ‘anhum- dan termasuk didalamnya keluarga Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai wasilah yang dengan kecintaan kepada mereka, beliau berharap dapat menjadikanya termasuk ahli surga [Syarah Lamiyah Syaikhul Islam Ibn Taimiyah hal 26]
Berkata Syaikh Ahmad bin Abdillah Al Mardawi rohimahullah : makna “al Qurba’ adalah kerabat Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, dan mereka adalah Ahli Bait nya yang diperintahkan untuk mencintainya dalaam firman-Nya:
قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى
“Katakanlah aku tidak meminta kepada kamu upah atas seruanku, kecuali kecintaaan kepada para kerabatku” [Assyuro: 23]
Syaikh Solih Al Fauzan hafidozhulllah mengomentari hal ini dengan berkata : “tawassul inii termasuk dalam tawassul yang diperbolehkan -oleh syari’at- karena hal tersebut termasuk bentuk kedekatan kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, adapun tawassul yang terlarang adalah tawassul dengan dzat nya para sahabt, atau kedudukan mereka, atau hak mereka. [Al-Laali Al Bahiyyah syarah Lamiyah libni Taimiyyah, hal: 47, tahqiq Iyad bin Abdillah Alathif , cet Dar Ibn Hazm]..
Secangkir kopi pagi, 10 dzulqo’dah 1445H, KAA غفر الله له و لواديه